Koloid Emulsi dan Koloid BuihMakalah ini diajukan untuk memenuhi tugas terstuktur mata kuliah Kimia Dasar II
Di Susun Oleh:
Risya Anjani
1122080069
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
SUNAN
GUNUNG DJATI
BANDUNG
2012-2013
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi allah
SWT yang telah memberikan nikmat Iman dan Islam kepada kita semua, sehingga
kita dapat berkumpul dalam pertemuan yang Insya Allah dimuliakan oleh Nya.
Shalawat dan Salam
semoga tetap terlimpah curah kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW. Kepada
para sahabatnya para Tabi’it Tabi’innya dan semoga kepada kita selaku umatnya
mendapatkan syafa’atul udzma di Yaumil Jaza. Amin
Sebelumnya saya mengucapkan banyak
terima kasih kepada ibu selaku dosen yang telah memberikan kami
kesempatan menjelaskan Koloid Emulsi dan Koloid
Buih.
Suatu kebanggaan bagi saya yang telah diberi kepercayaan oleh ibu, untuk menjelaskan hal
tersebut.
Maka dari itu, saya sebagai pihak yang
diberkan tugas, mencoba memaparkan beberapa ilmu yang saya ambil dari beberapa
sumber, dalam bentuk makalah yang akan saya presentasikan ini.
Bandung, Maret
2013
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab I Pendahuluan
A.
Latar Belakang 1
B.
Tujuan 1
C.
Rumusan Masalah 1
Bab II Pembahasan
A.
Pengertian Pembangunan dan Kemiskinan 2
B.
Dampak-dampak Adanya Pembangunan 4
C.
Indikator-indikator Pembangunan 6
D.
Indikator-indikator Kemiskinan 7
E.
Penyebab Adanya Kemiskinan 9
F.
Usaha Mengatasi Kemiskinan 9
G.
Pembangunan dan Kemiskinan 10
Bab III Kesimpulan 12
Daftar Isi 13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Semua
zat yang ada disekitar kita, yang setiap saat kita lihat terdiri atas materi.
Materi didefinisikan sebagai sesuatu yang memiliki massa dan volum. Papan tulis
yang ada di kelas, kursi yang kita duduki, udara yang kita hirup, makanan yang
kita makan, sendok dan garpu dan lainnya terdiri atas materi. merupakan
contoh makanan dan bahan yang kita manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari kita.
Pada
larutan, partikel-partikel tersebar secara merata, tetapi tidaklah terjadi pada
campuran. Dalam campuran molekul-molekul tidak terpisah dan menyisakan partikel
padat. Dari bagian ini terlihat ukurannya, bahwa larutan terbentuk dari
partikel-partikel yang sangat kecil dan campuran terbentuk dari
partikel-partikel yang cukup besar. Koloid adalah kondisi pertengahan, antara
campuran dan larutan. Pada koloid terjadi dispersi (penyebaran)
partikel-partikel kecil tetapi bukan berukuran molekul
Sistem
koloid berhubungan dengan proses – proses di alam yang
mencakup berbagai bidang. Hal itu dapat kita perhatikan di dalam tubuh makhluk
hidup, yaitu makanan yang kita makan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan
oleh tubuh. Namun lebih dahulu diproses sehingga berbentuk koloid. Juga
protoplasma dalam sel – sel makhluk hidup merupakan suatu koloid sehingga
proses – proses dalam sel melibatkan sitem koloid.
Udara mengandung juga sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi (tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral – mineral yang terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan oleh tumbuh – tumbuhan juga merupakan koloid.
Udara mengandung juga sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi (tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral – mineral yang terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan oleh tumbuh – tumbuhan juga merupakan koloid.
B.
Tujuan
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini untuk mengetahui apa itu koloid emulsi dan
koloid buih.
C.
Rumusan Masalah
1.
Apa
itu koloid?
2.
Bagaimana
sifat-sifat koloid?
3.
Apa yang
dimaksud dengan koloid emulsi?
4.
Apa
saja macam-macam koloid emulsi?
5.
Bagaimana
sifat-sifat koloid emulsi?
6.
Apa yang
dimaksud dengan koloid buih?
7.
Apa
saja macam-macam koloid
8.
Bagaimana
cara pembuatan koloid
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Koloid
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua
fase) antara dua zat atau lebih partikel-partikel zat yang berukuran koloid
(fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain
(medium pendispersi/pemecah). Dimana di antara campuran homogen dan
heterogen terdapat sistem pencampuran yaitu koloid, atau bisa juga disebut
bentuk (fase) peralihan homogen menjadi heterogen. Campuran homogen adalah
campuran yang memiliki sifat sama pada setiap bagian campuran tersebut,
contohnya larutan gula dan hujan. Sedangkan campuran heterogen sendiri adalah
campuran yeng memiliki sifat tidak sama pada setiap bagian campuran, contohnya
air dan minyak, kemudian pasir dan semen.
Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100
nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal
dari suatu partikel. Contoh dari sistem koloid adalah tinta, yang terdiri dari
serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat
banyak sistem koloid yang lain, seperti mayonais, hairspray, jelly, dan
lain-lain
Keadaan koloid merupakan keadaan antara suatu
larutan dan suatu suspensi. Bila suatu bahan berada dalam keadaan subdifisi
ini. Bahan itu memperagakan sifat-sifat yang menarik dan penting yang tidak
merupakan cirri dari bahan dalam agregat yang lebih besar
Larutan
adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut dinamakan
juga dengan fasa terdispersi atau solut, sedangkan zat pelarut disebut dengan
fasa pendispersi atau solvent. Contohnya larutan gula atau larutan garam.
Suspensi adalah campuran heterogen yang terdiri dari partikel – partikel kecil padat atau cair yang terdispersi dalam zat cair atau gas. Misalnya, tepung beras dilarutkan dalam air dan dikocok dengan kuat; Apabila campuran tersebut dibiarkan beberapa saat, campuran tersebut akan mengendap ke bawah.
Suspensi adalah campuran heterogen yang terdiri dari partikel – partikel kecil padat atau cair yang terdispersi dalam zat cair atau gas. Misalnya, tepung beras dilarutkan dalam air dan dikocok dengan kuat; Apabila campuran tersebut dibiarkan beberapa saat, campuran tersebut akan mengendap ke bawah.
Larutan sejati, sistem koloid, dan suspensi
kasar mempunyai perbedaan dalam beberapa hal. Pada jumlah fase,larutan sejati
hanya mempunyai satu fase, sedangkan sistem koloid dan suspensi kasar mempunyai
dua fase. Dalam distribusi partikel larutan sejati bersifat homogen, sedangkan
sistem koloid dan suspensi kasar bersifat heterogen. Kemudian dalam
penyaringan,larutan sejati tidak dapat disaring, dan sistem koloid juga tidak
dapat disaring, kecuali dengan penyaring ultra, sedangkan suspensi kasar dapat
disaring. Dan terakhir, dalam kestabilan larutan sejati dengan sistem koloid
mempunyai kestabilan yang stabil (tidak memisah), sedangkan suspensi kasar
memiliki kestabilan yang tidak stabil (memisah)
Partikel-partikel dalam suatu koloid terlalu
kecil untuk dilihat dengan mata atau dengan mikroskop biasa, walaupun demikian,
partikel ini dapat mempengaruhi cahaya tampak, ukuran partikelnya yang cocok
untuk menyebabkan cahaya tersebar dengan sudut-sudut yang besar. Bila
konsentrasi koloidnya besar, penyebaran cahayanya ini akan menyebabkan larutan
koloid kelihatan jenuh. Jadi, cahaya tak diteruskan, contohnya susu. Sinar yang
datang pada susu disebarkan oleh partikel-partikel koloid. Susu kemudian
diadsorpsi, sehingga tak diteruskan. Bila konsentrasi lebih kecil, dispensi
koloidnya kelihatan seperti awan dan bila diencerkan lagi bisa lebih terang
(transparan) misalnya saja larutan kanji yang encer akan kelihatan terang.
Ciri – cirinya:
1. Larutan (Dispersi Molekuler)
- 1 fase
- jernih
- homogen
- diameter partikel: <1 br="" nm=""> - tidak dapat disaring
- tidak memisah jika didiamkan1>
1. Larutan (Dispersi Molekuler)
- 1 fase
- jernih
- homogen
- diameter partikel: <1 br="" nm=""> - tidak dapat disaring
- tidak memisah jika didiamkan1>
2. Koloid (Dispersi Koloid)
- 2 fase
- keruh
- antara homogen dengan heterogen
- diameter partikel: 1 nm
-
tidak dapat disaring dengan penyaring biasa, melainkan dengan penyaring
- 2 fase
- keruh
- antara homogen dengan heterogen
- diameter partikel: 1 nm
ultra
- tidak memisahkan jika didiamkan
3. Suspensi(Dispersi Kasar)
- 2 fase
- keruh
- heterogen
- diameter partikel: >100 nm
- dapat disaring dengan kertas saring biasa
- memisah jika didiamkan
- 2 fase
- keruh
- heterogen
- diameter partikel: >100 nm
- dapat disaring dengan kertas saring biasa
- memisah jika didiamkan
Keadaan
koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau suatu
koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa
pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10-7 sampai
dengan 10-4 cm. Besaran partikel yang terdispersi, tidak menjelaskan keadaan
partikel tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom, molekul kecil atau molekul
yang sangat besar. Koloid emas terdiri atas partikel-partikel dengan bebagai
ukuran, yang masing-masing mengandung jutaan atom emas atau lebih. Koloid
belerang terdiri atas partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu molekul
S8. Suatu contoh molekul yang sangat besar (disebut juga molekul makro) ialah
haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini 66800 s.m.a dan mempunyai diameter
sekitar 6 x 10-7.
Suspensi
memiliki sifat heterogen dan labil. Sedangkan koloidmemiliki sifat heterogen
dan stabil. Koloid merupakan sistem heterogen, dimana suatu
zat"didispersikan" ke dalam suatu media yang homogen. Ukuran zat yang
didispersikan berkisar darisatu nanometer (nm) hingga satu mikrometer
(µm).perhatikan perbedaan tiga contoh campuran di bawah ini :
1.
Campuran antara air dengan sirup.
2.
Campyuran antara air dengan susu.
3.
Campuran antara air dengan pasir.
Jika
kita campurkan air dengan sirup maka sirup akan terdispersi (bercampur) dengan
air secarahomogen (bening) Jika didiamkan, campuran itu tidak memisah dan juga
tidak dapat dipisahkandengan penyaringan
biasa maupun penyaringan yang lembut (penyaringan mikro). Secaramakroskopis
maupun mikroskopis mcampuran ini tampak homogen, tidak dapat dibedakan manayang
air dan mana yang sirup. Campuran seperti inilah yang disebut larutan.
Jika
kita campurkan susu (misalnya, susu instan) dengan air, ternyata susu
"larut" tetapi "larutan"itu tidak bening melainkan keruh.
Jika didiamkan, campuran itu tidak memisah dan juga tidakdapat dipisahkan
dengan penyaringan (hasil penyaringan tetap keruh). Secara makroskopiscampuran
ini tampak homogen. Akan tetapi, jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata
masihdapat dibedakan partikel-partikel lemak susu yang tersebar di dalam air.
Campuran seperti inilahyang disebut koloid.
Jika
kita campurkan air dengan pasir maka pasir akan terdispersi (bercampur) dengan
air secaraheterogen dan langsung memisah antara air dengan pasir, yang
keadaannya pasir akanmengendap di dasar air dan dapat dipisahkan dengan
penyaringan biasa, bahkan dapat dipisahkandengan cara dituang perlahan-lahan.
Secara makroskopis campuran ini sudah tampak hetrogen,dapat dibedakan mana yang
air dan mana yang pasir. Campuran seperti inilah yang disebut suspansi.
Jadi,
koloid tergolong campuran heterogen (dua fase) dan setabil. Zat yang
didipersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan
untuk mendispersikan zat disebut medium
dispersi . Fase terdispersi bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkanmedium dispersi bersifat kontinu.
Pada campuran susu dengan air, fase terdispersi adalah lemak,sedangkan medium
dispersinya adalah air.
B.
Sifat-sifat
Koloid
Koloid mempunyai beberapa sifat yang berbeda dengan
larutan. Sifat khusus koloid timbul akibat ukuran partikelnya lebih besar
daripada larutan. Sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sifat Fisika
Sifat-sifat fisika koloid berbeda-beda tergantung jenisnya.
Pada koloid hidrofob sifat-sifat seperti rapatan, tegangan muka dan viskositas
hampir sama dengan medium pendispersinya. Sedangkan koloid hidrofil karena
terjadi hidrasi. Sifat-sifat fisikanya sangat berbeda dengan mediumnya.
Viskositasnya lebih besar dan tegangan mukanya lebih kecil.
2. Sifat Koligatif
Suatu koloid dalam medium cair juga mempunyai sifat
koligatif. Sifat ini hanya bergantung pada jumlah partikel koloid bukan pada
jenisnya. Sifat-sifat koligatif koloid umumnya lebih rendah daripada larutan
sejati dengan jumlah partikel yang sama. Sifat koligatif berguna untuk
menghitung konsentrasi atau jumlah partikel koloid. Kecuali pengukuran tekanan
osmosa, dipakai untuk menetapkan berat molekul rata-rata koloid makromolekul.
3. Sifat Optis
Pada tahun 1869, Tyndall menemukan bahwa apabila
suatu berkas cahaya dilalukan pada larutan koloid, maka berkas cahaya tadi akan
tampak. Tetapi apabila berkas cahaya yang sama dilakukan pada larutan sejati,
berkas cahaya tadi tidak kelihatan. Efek ini dikenal sebagai efek Tyndall.
4. Sifat Kinetik
a. Gerakan Brown
Selain menunjukkan efek Tyndall, partikel
koloid bila diamati dibawah mikroskop ultra nampak sebagai bintik-bintik
bercahaya yang selalu bergerak secara acak dengan jalan berliku-liku. Gerakan
acak partikel koloid dalam suatu medium pendispersi ini disebut gerakan Brown.
b. Difusi
Partikel zat terlarut akan mendifusi dari larutan
yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Difusi
erat kaitannya dengan gerakan Brown, sehingga dapat dianggap molekul-molekul
atau partikel-partikel koloid mendifusi karena gerakan Brown.
c. Pengendapan
Partikel koloid mempunyai kecenderungan untuk
mengendap karena pengaruh gravitasi bumi. Hal tersebut bergantung pada rapat
massa partikel terhadap mediumnya. Jika rapat massa partikel lebih besar dari
medium suspensinya, maka partikel tersebut akan mengendap. Sebaliknya bila
rapat massanya lebih kecil akan mengapung.
5. Sifat Listrik
Permukaan partikel koloid mempunyai muatan listrik
disebabkan terjadinya ionisasi atau penyerapan ion-ion dalam larutan. Akibatnya
partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik. Bergeraknya
partikel-partikel koloid oleh pengaruh medan listrik ini disebut elektroforesis.
6. Koagulasi
Suatu koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu
akan tergantung oleh gaya gravitasi bumi, sehingga antara partikel dapat saling
bergabung membentuk gumpalan yang akan mengendap didasar wadah. Peristiwa
pengendapan atau penggumpalan partikel-partikel koloid ini disebut koagulasi.
7. Adsorpsi
Partikel koloid mempunyai permukaan luas, sehingga
mempunyai daya adsorpsi yang besar. Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu
zat, ion atau molekul yang melekat pada permukaan. Sedangkan bila penyerapan
sampai ke bawah permukaan disebut absorpsi. Absorpsi adalah proses penyerapan
oleh suatu benda baik berupa padatan atau cairan yang langsung keseluruh bagian
benda itu.
C. Komponen Penyusun Koloid
1. Fase kontinyu : medium pendispersi jumlahnya
lebih banyak.
2. Fase diskontinyu : medium terdispersi
jumlahnya labih banyak.
D. Bentuk Partikel Koloid
1. Bulatan : misalnya virus, silika.
2. Batang : misalnya virus.
3. Piringan : misalnya globulin dalam darah.
4. Serat : misalnya selulosa.
E.
Koloid Emulsi
1)
Pengertian
Emulsi
Emulsi
adalah suatu jenis koloid dengan fase terdispresi berupa zat cair dan medium
pendispresi berupa zat pada, zat cair, atau gas. Ada tiga jenis emulsi, yaitu
emulsi gas (aerosol cair), dan emulsi padat (gel). Akan tetapi, pada umumnya
emulsi yang dimaksud adalah jenis emulsi yang terdispersi dalam zat cair.
Sistem
koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair disebut emulsi.
Syarat terjadinya emulsi ini adalah kedua zat cair tidak saling melarutkan.
Emulsi dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air atau
emulsi air dalam minyak. Contoh emulsi minyak dalam air adalah santan, susu,
dan lateks. Contoh emulsi air dalam minyak adalah minyak ikan, minyak bumi.
Emulsi
terbentuk karena adanya zat pengemulsi (emulgator), contoh emulgator adalah
sabun yang dapat mengemulsikan minyak dalam air. Contoh emulgator lainnya
adalah kasein dalam susu dan kuning telur dalam mayonaise.
2)
Macam-macam
Emulsi
a)
Emulsi Gas (aerosol cair)
Emulsi gas atau aerosol cair merupakan
emulsi dalam medium pendispersi gas.
Aerosol cair, seperti hairspray dan obat nyamuk dalam kemasan kaleng, dapat
membentuk system koloid dengan bantuan bahan pendorong atau propelan aerosol
seperti CFC. Aerosol cair juga mempunyai sifat-sifat seperti sol liofob, yaitu
efek Tyndall, gerak Brown, dan kesetabilan dengan muatan partikel.
b)
Emulsi Cair
Emulsi cair melibatkan campuran dia
zat cair yang tidak dapat saling
melaurtkan, yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah
satu zat cair ini adalah air (zat cair polar) dan zat lainya seperti munyak
(meski dapat berupa lemak). Emuldi cair yang terdiri dari air dan minyak dapat
digolongkan menjadi dua jenis yaitu, Emulsi minyak dalam air dan emulsi air
dalam lemak.
Sifat emulsi cair yang penting ialah:
1. Demulsifikasi
Kestabilan emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan, proses sentrifugasi, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengelmusi.
2. Pengenceran
Emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah medium pendispersinya.
1. Demulsifikasi
Kestabilan emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan, proses sentrifugasi, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengelmusi.
2. Pengenceran
Emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah medium pendispersinya.
c)
Emulsi Padat atau Gel
Gel merupakan emulsi dalam medium
pendispersi zat padat. Gel dapat dianggap terbentuk akibat penggumpalan seagian
sol cair. Pada menggumpalan ini, partikel-partikel sol akan bergabung membentuk
suatu rantai panjang. Rantai ini kemudian akan saling bertaut sehingga
membentuk suatu struktur padatan di mana medium pendispersi cair terperangkap
dalam lubang-lubang struktur tersebut. Dengan demikian, terbentuk suatu massa
berpori yang semi-padat denga struktur gel.
Terdapat dua jenis gel, yaitu gel
elastis dan gel non-elastis. Gel elastis, dapat
berubah sesuai bentuk jika diberi gaya dan akan kembali ke bentuk semula
ketika gaya yang ada di tiadakan. Sedangkan gel non-elastis, tidak dapat
berubah ketika di beri gaya. Beberapa sifat gel yang penting adalah
-Hidrasi : Gel elastis yang terdehidrasi dapat diubah
kembali menjadi gel elastis dengan menambahkan zat cair. Sebaliknya, gel
non-elastis yang terdehidrasi tidak dapat diubah kembali ke bentuk awalnya.
-Menggembung : Gel
elastis yang terdehidrasi sebagian akan
menyerap air apabila dicelupkan ke dalam zat cair. Akibatnya volum gel bertambah atau menggembung.
-Sinersis : Gel
anorganik akan mengerut jika dibiarkan dan diikuti penetesan pelarut. Proses
ini disebut sinersis.
-Tiksotropo : Beberapa gel dapat diubah kemabali menjadi
sol cairapabila diberi agitasi(diaduk). Sifat ini disebut tiksotropi.Contohnya:
gel besi oksida, perak oksida dan cat tiksotropi modern
Berdasarkan
sifat keelastisitasnya, gel dapat dibagi menjadi:
1.
Gel elastic
Gel
yang bersifat elastis, yaitu dapat berubah bentuk jika diberi
gaya dan kembali ke bentuk awal jika gaya ditiadakan. Contoh adalah sabun dan
gelatin.
2. Gel non-elastis
Gel
yang bersifat tidak elastis, artinya tidak berubah jika diberi
gaya. Contoh adalah gel silika.
Bagaimana air
dan minyak dapat bercampur membentuk emulsi cair ?
Hal
ini dapat dilakukan dengan menambahkan suatu pengemulsi (emulgator). Oleh
karena kebanyakan emulsi berupa dispersi minyak dalam air atau dispersi air
dalam minyak, maka zat pengemulsi tersebut harus dapat larut baik dalam air
maupun dalam minyak. Contoh zat pengemulsi tersebut adalah senyawa organik yang
memiliki gugus polar dan non polar. Bagian non polar akan berinteraksi dengan
minyak atau mengelilingi partikel-partikel minyak. Sedangkan bagian
polar akan berinteraksi dengan air. Jika bagian polar ini terionisasi menjadi
bermuatan negatif. Muatan negatif ini
menyebabkan partikel-partikel minyak saling tolak menolak dan tidak akan
bergabung. Dengan kata lain, emulsi menjadi stabil.
Untuk
jelasnya, ambil contoh sistem koloid emulsi saus salad. Saus salad terbuat dari larutan asam cuka (polar) dan
minyak (non polar). Pengocokan minyak dan cuka pada awalnya akan menghasilkan
campuran yang mengandung butiran minyak yang terdispersi dalam larutan asam
cuka. Namun, setelah pengocokan dihentikan, maka butiran -butiran tersebut secara bertahap akan bergabung kembali
membentuk partikel yang cukup besar.
Akibatnya, asam cuka dan minyak akan terpisah lagi. Untuk menstabilkan saus
salad ini dapat ditambahkan zat pengemulsi
seperti kuning telur yang mengandung lesitin. Saus salad atau sistem
koloid yang terbentuk kita kenal sebagai mayones.
1)
Sifat-sifat
Emulsi
Beberapa sifat emulsi yang penting adalah :
-
Demulsifikasi
Kestabilan emulsi cair dapat rusak akibat
pemanasan, pendinginan, proses sentrifugasi, penambahan elektrolit, dan
perusakan zat pengemulsi. Pada proses demulsifikasi dapat terbentuk krim
(creaming) atau sedimentasi. Pembentukan krim dijumpai pada emulsi minyak dalam
air. Apabila kestabilan emulsi ini rusak, maka partikel-partikel minyak akan
naik ke atas membentuk krim. Sedangkan sedimentasi terjadi pada emulsi air
dalam minyak. Apabila kestabilan emulsi ini rusak, maka partikel -partikel air
akan turun ke bawah.
-
Pengenceran
Emulsi
dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah medium pendispersinya. Sebaliknya,
fase terdispersi yang dicampurkan akan spontan membentuk lapisan terpisah.
Sifat ini dapat digunakan untuk menentukan jenis emulsi.
2) Pembuatan Emulsi
Cara sederhana untuk membuat emulsi adalah
mencampurkan kedua zat cairan dengan emulgator dalam sebuah botol dan
mengocoknya. Tetapi cara ini kurang sempurna. Untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik dapat dilakukan dengan mengocoknya secara bergantian
(selang-seling). Pertama, mencampur salah satu fase dispers dengan emulgator
dan mengocoknya hingga sempurna. kedua, mencampur dengan dispers medium lainnya
kemudian mengocoknya secara bersama-sama atau menambah sedikit demi sedikit
sambil mengaduknya.
A.
Koloid Buih
1)
Pengertian Buih
Buih adalah koloid dengan fase
terdisperasi gas dan medium pendisperasi zat cair atau zat padat. Berdasarkan
medium pendisperasinya, buih dikelompokkan menjadi dua, yaitu: buih cair dan
buih padat.
2)
Macam-macam
Buih
a) Buih cair
Buih
cair adalah sistem koloid dengan fase terdisperasi gas dan dengan medium
pendisperasi zat cair. Fase terdisperasi gas pada umumnya berupa udara atau
karbondioksida yang terbetuk dari fermentasi. Kestabilan buih dapat diperoleh
dari adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorbsi ke daerah antar-fase
dan mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh suatu kestabilan.
Ukuran kolid buih bukanlah ukuran gelembung gas seperti pada sistem kolid
umumnya, tetapi adalah ketebalan film (lapisan tipis) pada daerah antar-fase
dimana zat pembuih teradsorbsi, ukuran kolid berkisar 0,0000010 cm. Buih cair
memiliki struktur yang tidak beraturan. Strukturnya ditentukan oleh kandungan
zat cairnya, bukan oleh komposisi kimia atau ukuran buih rata-rata. Jika fraksi
zat cair lebih dari 5%, gelembung gas akan mempunyai bentuk hamper seperti
bola. Jika kurang dari 5%, maka bentuk gelembung gas adalah polihedral.
Beberapa sifat
buih cair yang penting:
· Struktur buih cair berubah
dengan waktu. Hal ini dapat disebabkan oleh :
- Drainase atau pemisahan medium pendispersi (zat cair) akibat
kerapatan gas dan zat cair yang jauh berbeda.
- Rusaknya film antara dua
gelembung gas.
- Ukuran gelembung gas menjadi lebih besar akibat difusi
gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang besar akibat tegangan permukaan.
-
terjadinya difusi gelembung gas yang kecil ke
gelembung gas yang besar akibat tegangan permukaan, sehingga ukuran gelembung
gas menjadi lebih besar
· Struktur buih cair dapat
berubah jika diberi gaya dari luar. Apabila gaya tersebut kecil, maka struktur buih akan kembali ke bentuk awal setelah gaya
tersebut ditiadakan. Namun, jika gaya yang diberikan cukup besar, maka akan
terjadi deformasi.
Contoh buih
cair:
·
Buih hasil kocokan putih telur
Karena
udara di sekitar putih telur akan teraduk dan menggunakan zat pembuih, yaitu
protein dan glikoprotein yang berasal dari putih telur itu sendiri untuk
membentuk buih yang relative stabil. Sehingga putih telur yang dikocok akan
mengembang.
·
Buih hasil akibat pemadam kebakaran
Alat
pemadam kebakaran mengandung campuran air, natrium bikarbonat, aluminium
sulfat, serta suatu zat pembuih. Karbondioksida yang dilepas akan membentuk
buih dengan bamtuam zat pembuih tersebut.
b) Buih padat
Buih
padat adalah sistem kolid dengan fase terdisperasi gas dan dengan medium
pendisperasi zat padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat pembuih
juga (surfaktan). Contoh-contoh buih padat yang mungkin kita ketahui:
·
Roti
Proses
peragian yang melepas gas karbondioksida terlibat dalam proses pembuatan roti.
Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan membentuk lapisan tipis
mengelilingi gelembung-gelembung karbondioksida untuk membentuk buih padat.
·
Styrofoam
Styrofoam
memiliki fase terdisperasi karbondioksida dan udara, serta medium pendisperasi
polistirena.
·
Batu apung
Batu apung merupakan buih padat yang terbentuk akibat proses solidifikasi
gelas vulkanik.
B.
Cara Pembuatan
Koloid
Pembuatan sistem koloid sol
1. Cara Kondensasi
a. Reaksi dekomposisi rangkap
Misalnya:
- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan
a. Reaksi dekomposisi rangkap
Misalnya:
- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan
melalui
larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna
kuning terang; As2O3
(aq) + 3H2S(g) As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)
- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)
- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan
HCl
encer; AgNO3 (ag) + HCl(aq) AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
b. Reaksi redoks
Misalnya:
Misalnya:
- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi
larutan garamnya
dengan melarutkan
AuCl3 dalam pereduksi organic formaldehida HCOH;
2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)
2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)
- Sol
belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air
dengan mengalirinya gas H2S ; 2H2S(g) + SO2 (aq) 3S(s)
+ 2H2O(l)
c. Reaksi hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalanya:
- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalanya:
- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan
memanaskan larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe
dalam air mendidih; FeCl3 (aq) + 3H2O(l) Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)
(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)
- Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis
garam Al dalam air mendidih; AlCl3 (aq) + 3H2O(l) Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
d. Reaksi pergantian pelarut
Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa terdispersi yang semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran koloid.Misalnya;
- Untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut
Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa terdispersi yang semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran koloid.Misalnya;
- Untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut
dalam
alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi air, belarang harus terlenih
dahulu dilarutkan dalam etanol sampai jenuh. Baru kemudian larutan belerang
dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil
diaduk. Sehingga belerang akan menggumpal menjadi pertikel koloid dikarenakan
penurunan kelarutan belerang dalam air.
- Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam
etanol, mula-mula dilarutkan terlebih dahulu dalam air, kemudianbaru dalam
larutan tersebut ditambahkan etanol maka terjadi kondensasi dan terbentuklah
koloid kalsium asetat.
2. Cara
Dispersi
a. Cara mekanik
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat
a. Cara mekanik
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat
dengan proses penggilingan untuk
dapat membentuk partikel-partikel
berukuran koloid. Alat yang
digunakan untuk cara ini biasa disebut
penggilingan koloid, yang biasa
digunakan dalam:
- industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.
- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu,
- industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.
- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu,
deterjen, dsb.
-
Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.
- Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas.
- Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas.
b. Cara peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan / proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemecah tersebut dapat berupa elektrolit khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut tertentu.
Contoh:
- Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.
- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH) 3 oleh AlCl3.
- Sol Fe(OH) 3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang baru
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan / proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemecah tersebut dapat berupa elektrolit khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut tertentu.
Contoh:
- Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.
- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH) 3 oleh AlCl3.
- Sol Fe(OH) 3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang baru
terbentuk dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH) 3
kemudian dikelilingi Fe+3 sehingga bermuatan positif
-
Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk sistem
kolid.
Contohnya; gelatin dalam air.
c. Cara
busur bredig
Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol
Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol
logam, seperti
Ag, Au, dan Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah
menjadi
partikel-partikel kolid akan digunakan sebagai elektrode. Kemudian
kedua
logam dicelupkan ke dalam medium pendispersinya (air suling dingin)
sampai
kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian, kedua elektrode akan
diberi
loncatan listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan logam menguap,
uapnya
kemudian akan terkondensasi dalam medium pendispersi dingin,
sehingga
hasil kondensasi tersebut berupa pertikel-pertikel kolid. Karena
logam
diubah jadi partikel kolid dengan proses uap logam, maka metode ini
dikategorikan
sebagai metode dispersi.
Bab III
Penutup
A.
Kesimpulan
Koloid dapat ditemukan dalam kehidupan sehari – hari untuk proses
apapun. Koloid juga saling berhubungan antara larutan dan suspensi. Partikel
koloid dapat menghamburkan cahaya sehingga berkas cahaya yang melalui sistem
koloid. Dapat diamati dari samping sifat partikel koloid ini disebut efek
Tyndall. Koloid dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sol, emulsi, dan buih.
Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lainpada permukaannya, dan oleh karena luas permukaannya yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar. Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi karena berbagai hal, misalnya pada penambahan elektrolit. Penambahan elekrolit akan menetralkan muatan koloid, sehingga faktor yang menstabilkannya hilang. Koloid yang medium dispersinya berupa cairan dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil mempunyai interaksi yang kuat dengan mediumnya; sebaliknya, pada koloid liofob interaksinya tersebut tidak ada atau sangat lemah.
Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi. Pada cara dispersi, bahan kasar dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium dispersinya. Pada cara kondensasi, koloid dibuat dari larutan di mana atom atau molekul mengalami agregasi (pengelompokan), sehingga menjadi partikel koloid. Sabun dan detergen bekerja sebagai bahan aktif permukaan yang fungsinya mengelmusikan lemak ke dalam air.
Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lainpada permukaannya, dan oleh karena luas permukaannya yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar. Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi karena berbagai hal, misalnya pada penambahan elektrolit. Penambahan elekrolit akan menetralkan muatan koloid, sehingga faktor yang menstabilkannya hilang. Koloid yang medium dispersinya berupa cairan dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil mempunyai interaksi yang kuat dengan mediumnya; sebaliknya, pada koloid liofob interaksinya tersebut tidak ada atau sangat lemah.
Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi. Pada cara dispersi, bahan kasar dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium dispersinya. Pada cara kondensasi, koloid dibuat dari larutan di mana atom atau molekul mengalami agregasi (pengelompokan), sehingga menjadi partikel koloid. Sabun dan detergen bekerja sebagai bahan aktif permukaan yang fungsinya mengelmusikan lemak ke dalam air.
B.
Daftar Pustaka
· Elaine.2006.”Pengertian
dan Jenis-Jenis Koloid”.
·
http://Nuranimahabbah's Blog.htm
· Keenan,C.W,dkk.1984.”Kimia
Untuk Universitas”.Erlangga: Jakarta.
· Syukri,S.1999.”Kimia
Dasar 2”.ITB: Bandung.
· Yazid,
Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Andi: Jogja
0 komentar:
Posting Komentar